
Media asing soroti insiden pengiriman kepala babi dan bangkai tikus ke kantor Tempo yang dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan pers di Indonesia.
Jakarta – Insiden pengiriman kepala babi dan bangkai tikus ke kantor redaksi Tempo mendapat sorotan dari sejumlah media asing. Mereka menilai aksi tersebut sebagai ancaman terhadap kebebasan pers di Indonesia, yang harus dilindungi.
Aksi Intimidasi Tercatat di Beberapa Media Asing Internasional
Laporan AFP berjudul “Indonesia Press Freedom Fears After Magazine Sent Rat’s, Pig’s Head” menyoroti kecaman dari aktivis yang mendesak agar kebebasan pers tetap dijaga. Dalam wawancaranya dengan AFP, Kepala Program Asia dari Committee to Protect Journalists, Beh Lih Yi, mengatakan bahwa tindakan ini merupakan bentuk intimidasi yang disengaja.
“Ini adalah tindakan yang berbahaya dan sengaja dilakukan untuk menekan kebebasan pers,” ujar Beh Lih Yi. “Jurnalis di Indonesia harus bisa bekerja dengan bebas dan aman tanpa takut akan pembalasan,” tambahnya.
Kritik Media Asing terhadap Presiden Prabowo
Majalah Tempo dikenal sering mengkritik kebijakan Pemerintah Indonesia, khususnya yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto. AFP melaporkan bahwa pada Sabtu (22/3/2025), petugas kebersihan di kantor Tempo menemukan sebuah kotak berisi enam bangkai tikus dengan kepala terpenggal. Sebelumnya, pada Kamis (21/2/2025), kepala babi tanpa telinga juga ditemukan dikirimkan ke kantor redaksi Tempo.
Reaksi Media Asing: Strait Times
Selain AFP, Strait Times juga memberi sorotan terhadap insiden tersebut. Mereka tidak hanya membahas intimidasi terhadap Tempo, tetapi juga tanggapan yang terkesan mengecilkan peristiwa ini dari Juru Bicara Presiden, Hasan Nasbi. Menurutnya, kepala babi tersebut seharusnya dimasak saja.
Respon Tempo: Tidak Terpengaruh
Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, menegaskan bahwa pengiriman kepala babi dan bangkai tikus tersebut bertujuan merusak reputasi media. Namun, Setri menyatakan bahwa serangan semacam ini justru semakin memperkuat komitmen mereka untuk menyuarakan kebenaran.
“Jika tujuannya menakut-nakuti, kami tidak gentar. Kami akan terus melanjutkan misi kami dan menghentikan aksi pengecut ini,” ungkap Setri dalam keterangan tertulis.