
Warga Gaza menanggapi keras ancaman Donald Trump yang mengusulkan rencana pengambilalihan Gaza dan merelokasi penduduknya. Mereka menolak keras gagasan tersebut dan mempertanyakan apa yang lebih buruk dari apa yang telah mereka alami.
Gaza City – Warga Gaza menanggapi dengan keras ancaman Donald Trump terkait rencana pengambilalihan Gaza. Mereka menolak keras gagasan untuk merelokasi penduduk Gaza ke negara lain dan menentang rencana AS untuk mengontrol wilayah tersebut.
Warga Gaza Menanggapi Ancaman Trump
Seorang warga Gaza, Jomaa Abu Kosh, dengan tegas mengatakan, “Apa yang lebih buruk dari yang sudah kami alami? Apa yang lebih buruk dari pembunuhan?” Ia berbicara di depan reruntuhan rumah yang hancur akibat serangan Israel. Warga Gaza lainnya, Samira Al-Sabea, mengekspresikan kemarahan yang sama, menyebutkan bahwa hidup mereka bahkan lebih buruk dari anjing jalanan, dan menganggap gagasan Trump menjadikan Gaza seperti neraka adalah hal yang tidak akan pernah diterima.
Anda mungkin tertarik dengan: “Deddy Corbuzier Dapat Jabatan Baru sebagai Staf Khusus Menhan, Pindah dari Duta Komcad“
Rencana Trump yang Kontroversial
Trump mengusulkan agar Gaza menjadi “lokasi pengembangan real estate untuk masa depan,” dengan mengklaim bahwa warga Palestina tidak berhak kembali. Ia berencana merelokasi 2,2 juta warga Gaza ke negara-negara lain, dan AS akan mengambil alih kendali serta kepemilikan Gaza untuk tujuan ekonomi.
Penolakan Keras dari Warga Gaza
Rencana ini memicu penolakan keras dari warga Gaza. Shaban Shaqaleh, seorang penduduk Gaza, mengatakan bahwa ia menolak untuk menjual tanahnya kepada perusahaan asing atau meninggalkan tanah kelahirannya. “Saya mengakar kuat di tanah air saya dan akan selalu demikian,” katanya.
Warga Palestina Tak Mau Meninggalkan Tanah Air
Banyak warga Palestina yang khawatir rencana Trump akan memicu Nakba baru, mengingatkan pada peristiwa tahun 1948, ketika mereka diusir dari tanah mereka saat berdirinya Israel. “Kami tidak ingin meninggalkan negara kami, tetapi kami juga membutuhkan solusi,” ujar Jehad, seorang warga Gaza yang berprofesi sebagai tukang kayu.
Penolakan di Tepi Barat
Rencana Trump juga ditolak di Tepi Barat, dengan warga setempat mengkritik keputusan tersebut. “Bagaimana mungkin negara besar seperti Amerika bisa menerima Trump?” kata Nader Imam, seorang warga Tepi Barat.
Masa Depan Gaza yang Tidak Pasti
Meski menghadapi ancaman dari luar, warga Gaza tetap teguh dengan keyakinan mereka. “Kami mengandalkan Tuhan dan tidak takut,” ujar Mohammed Salah Tamimi, seorang warga Tepi Barat.
Baca juga: “Ariana Grande Serukan Terapi Mingguan dalam Kontrak Bintang Muda: ‘Harus Non-Negosiable’”